love or what ?

tiba-tiba gue teringat lagi khotbah pak pendeta di kebaktian minggu tentang kasih, yang kemudian nyerempet ke arah gimana mertua sekarang nyari menantu (atau cewek-cewek nyari calon suami dan sebaliknya)

sekarang kalau mau cari calon mantu, biasanya para orang tua request dulu ke anaknya. ya, profesinya harus ini, pendidikannya minimal itu, harus dari status sosial ini, kalau bisa suku itu. harusnya tidak begitu, kalau mau landasan rumah tangganya kasih sih. ๐Ÿ˜›

seketika gue merasa bahwa diri gue ini menggelikan sekali, bilang sana sini mau cari istri dokter. gue mikir lagi, ini gue nikahin si istri karena dia dokter atau karena kita saling mengasihi ya ?

nah. mungkin gitu, kalau lo nyari teman hidup harus dari profesi ini, status sosial ini, pendidikan ini…. coba pertanyakan lagi, yang lo sayang dari dia itu profesinya yang wah itu kah ? atau status sosialnya yang darah biru ? atau karena dia PhD ?

menurut gue sih ga salah berharap punya pendamping hidup impian (ya tadi, dari segala aspek cocok sama kita dan napasnya ga bau), tapi alangkah baiknya tanya diri sendiri lagi, lo suka (tepatnya nyaman) dengan orangnya atau status yang nyantol di itu orang ?

selamat berpikir… dan selamat mencari teman hidup. ๐Ÿ™‚

__________________________________________________________

oh ya, diingetin sama kak Tiara nih.
punya standard minimal dalam mencari pacar itu…. wajar (misalnya : minimal S-1 / bisa nahan napas sejam), soalnya gimana mau tertarik kalau si calon aja ga menuhin standard yang lo buat sendiri. terus kalau tertarik aja engga, gimana mau sayang gitu ?

“jadi ded ? gimana ? ga salah dong gue suka sama anak kedokteran gara-gara dia pinter terus baik lagi. rajin menabung dan suka membaca. perempuan idaman gue banget lah ded.” ย tanya ujang.

ga salah dek ujang, ga salah….

Advertisement

4 thoughts on “love or what ?

  1. *kecup2 menggelinjang

  2. Gini ded, buat gue , ada standar lah untuk calon kekasih , buat gue setidaknya dalam pendidikan dia lulus S1 atau lebih baik lagi sama kayak gue . Nah, ini penting , karena kualitas pemikiran bisa dilihat. bukan berarti yang lulusan SMA atau D3 nggak berkualitas juga. Tapi, buat gue lagi nih ya ded , level pembicaraan dan keluasan topik juga mempengaruhi. Nggak oon amat gitu ded. Jadinya gak bosen ngomonginnya itu2 aja… kekekekkke

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s